Postingan

Pop Culture; Parasit Dalam Tubuh Pendidikan Indonesia

Isu perubahan iklim dan global warming memang kerap menjadi topik langganan media massa akhir akhir ini, hal itu membuat perhatian masyarakat banyak tertuju pada konfrensi Internasional di Bali yang dimaksudkan sebagai batu loncatan untuk menggantikan protokol kyoto, belum lagi isu mengenai ulah baru yang diperbuat oleh negara tetangga Malaysia, yang mengklaim lagu “rasa sayange” dan reok sebagai budaya milik mereka. Wacana publik seperti itu tentu menyita perhatian bangsa Indonesia, namun jangan sampai hal tersebut membuat kita mengabaikan hal-hal lain. Masih banyak PR yang harus diselesaikan oleh pemerintah untuk membuat Indonesia jadi lebih baik. Mungkin semua kita sepakat bahwa salah satu aspek yang harus dibenahi adalah pendidikan, karena melalui pendidikanlah seseorang itu bisa terbebaskan dari belenggu kebodohan dan bergerak bebas menciptakan pengetahuan dan teknologi yang baru. Oleh karena itu, dengan peran dan fungsi yang sangat penting yang dimiliki oleh pendidikan, maka pemb

Dekonstruksi Ekonomi Kerakyatan Untuk Kepentingan Nasional

Krisis keuangan global Amerika, bermula dari krisis kredit macet perumahan KPR (subprime mortgage) terjadi pada pertengahan Juli 2007, kepada para debitor menengah ke bawah yang hidupnya sangat bergantung kepada pendapatan tetap yang pas-pasan. Ketika inflasi membengkak, mereka tidak lagi mampu membayar bunga dan cicilan pokok. Pemotongan suku bunga secara marathon, peluncuran paket stimulus ekonomi, injeksi likuiditas ke sistem financial merupakan upaya untuk melakukan peredaman dalam rangka mencegah resesi ekonomi AS dan meredam kepanikan pasar financial. Namun, justru krisis tersebut meluas ke sektor perbankan, sektor perekonomian yang dapat berpotensi memicu resesi ekonomi dan krisis financial globhal yang lebih luas. Kehancuran Wall Street menunjukkan bahwa ekonomi pasar bebas yang dipegang teguh tidak mampu meningkatkan dan mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi dan tingkatn kesejahteraan yang sudah dicapai. Kehancuran Wall Street justru bukti dari kegagalan kapitalisme yang tel

Revolusi VS Reformasi

Dalam diskursus mengenai change (perubahan), banyak sekali terminologi yang mempunyai makna dan arti yang mirip. Namun, seperti layaknya saudara kembar, sekecil apapun pasti ada terdapat perbedaan. Transformasi, pembangunan, perkembangan, modernisasi, industrialisasi, reformasi, dan revolusi kesemuanya itu adalah keluarga besar change, yang pada dasarnya menekankan pada adanya perubahan. Transformasi; perubahan yang bergerak dinamis, pembangunan; perubahan ke arah yang lebih baik dengan perencanaan yang tersusun secara sistematis, perkembangan; perubahan yang mana hasilnya bisa lebih baik atau lebih buruk dari keadaan semula dan tidak memerlukan adanya upaya tertentu, modernisasi; perubahan yang dilakukan secara bertahap yang bergerak progresif dalam jangka waktu yang panjang dan seringkali mewujud dan mengacu pada westernisasi atau amerikanisasi, industrialisasi: salah satu segi dari pembangunan yang mencakup perubahan ke arah yang spesifik yaitu mengolah barang mentah menjadi ba

Kapitalisme Pendidikan

Gambar
Dua ideology ekstrim kapitalisme buah pemikiran dari dua pemikir besar; Adam Smith dan Karl Marx berada dalam suatu garis kontinum yang menunjukkan pengaruh dan sejauh mana kekuatan masing-masing dalam menentukan arah proses penyelenggaraan negara. Indonesia sebagai negara yang pluralis telah menyatakan bahwa pancasila adalah ideology bangsa yang wajib dijadikan pedoman oleh seluruh elemen dan golongan masyarakat. Namun, itu tidak serta merta menghilangkan pengaruh dua ideology ekstrim ini dalam menuntun arah pergerakan negara sebagai sebuah sistem. Globalisasi, modernisasi, dan perdagangan bebas memberikan pengaruh terhadap pergerakan titik-titik kedua ideology ini dalam garis kontinum bangsa Indonesia. Akan tetapi, pengaruh yang muncul lebih banyak memberikan kekuatan kepada kapitalisme, atau dengan kata lain pengaruh kapitalisme lebih besar dari pada sosialisme di Indonesia. Hal ini membuat peran mekanisme pasar dan kekuatan modal jauh lebih besar daripada peran negara. Konsekuensi

Sekali Merdeka, Merdeka Sekali

Sepuluh tahun rezim reformasi berjalan, satu abad kebangkitan nasional, dan kembalinya memorian bangsa terhadap lahirnya pancasila adalah momen-momen penting yang di alami oleh rakyat Indonesia saat sekarang ini. Namun, realita yang terjadi adalah keterpurukan, kebobrokan, dan hasil negatif. Reformasi; sepuluh tahun reformasi berjalan dengan agenda utama demokratisasi di setiap sistem yang ada mulai dari politik, ekonomi, birokrasi, hukum hingga pers. Negara memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada warga negara untuk berserikat, berorganisasi, menyampaikan pendapat, berkreasi, dan menyampaikan aspirasinya. Kebangkitan nasional; bicara kebangkitan, kita tidak akan terlepas dengan diskursus mengenai development (pertumbuhan), modernisasi, reformasi, dan transformasi. Esensi dari istilah-istilah tersebut adalah perubahan ke arah yang lebih baik dengan perencanaan strategik yang telah dilakukan sebelumnya. Inilah sebenarnya cita-cita founding fathers bangsa Indonesia sewaktu berjuang

Peluang di Tengah Ketidakpastian

Gambar
Statistik menunjukkan bahwa angka pengangguran di Indonesia sangat tinggi. Hal ini seakan menjadi suatu masalah yang tak pernah kunjung selesai dan situasi ini menjadi isu yang diangkat oleh politisi untuk merebut simpati voter melalui program-program yang mereka tawarkan dalam rangka mengatasi pengangguran di Indonesia. Akan tetapi, tampaknya program tersebut hanya sekedar “ayat-ayat cinta” karena bisa kita lihat sendiri, baik dari statistik maupun pengamatan kita masing-masing di lapangan, jumlah pengangguran semakin bertambah, apalagi semenjak krisis ekonomi global yang juga menerpa Indonesia. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyudutkan posisi pemerintah, tetapi mencoba mengungkap tabir dibalik fenomena ini, dengan harapan adanya solusi yang tepat untuk menyelesaikan persoalan ini. Pada hakekatnya adalah tanggung jawab pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan ini karena sebagaimana amanat konstitusi pasal 28D ayat 2 “setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapa

Antara Primordialisme dan Nasionalisme

Gambar
Zaman revolusi kemerdekaan Indonesia diraih oleh bangsa Indonesia dengan perjuangan yang terintegrasi antara segala lini, usia, gender, dan tak terkecuali daerah. Perjuangan terintegrasi tersebut didapat melalui proses yang panjang, dimana perjuangan sebelumnya masih bersifat individual struggle, dalam artian kaum cendekiawan bergerak sendiri, pemuda bergerak sendiri, dan daerahpun bergerak sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi, korelasi, dan integrasi. Di Aceh; ada perjuangan Cut Nyak Dien dan Teuku Umar; Di Tapanuli, ada Sisingamangaraja; Di Sumatera Barat, ada Tuanku Imam Bonjol; Belum lagi para pejuang dari tanah Jawa dan Indonesia bagian timur seperti Pangeran Diponegoro dan Pattimura. Perjuangan mereka sangat dahsyat, tetapi semua itu tetap saja belum bisa memberikan hasil yang maksimal yaitu kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Sampai pada akhirnya, titik terang muncul ketika lahir berbagai organisasi pergerakan seperti Budi Utomo, Indische party, dll. Kemudian diikuti oleh deklara